Pukul 6.20 pagi di suatu hari di awal 2021, kami sudah ‘mendarat’ di Basecamp Alang-Alang Sewu di Dusun Anggrugondok, Wonosobo Jawa Tengah, yang berjarak sekitar 5 km dari Terminal Mendolo.
Untuk menuju lokasi basecamp tidaklah sulit, kami menyewa kendaraan warga dengan tarif Rp. 20.000,-/orang. Jalur pendakian alang alang sewu adalah jalur baru, dibuka sekitar tahun 2016.
Setelah sejenak kami beristirahat dan sarapan pagi, kami pun bersiap melakukan pendakian, dengan terlebih dahulu menyelesaikan proses administrasi yang tidak sulit, hanya menyiapkan tanda pengenal dan membayar biaya sebesar Rp. 15.000,-/orang.
Setelah proses selesai, pendakian pun dimulai. Karena jarak antara basecamp dengan jalur pendakian terbilang cukup jauh, jika ditempuh dengan berjalan kaki memakan waktu sekitar 1 jam perjalanan, kami pun sepakat menggunakan alternatif kedua yaitu dengan menyewa tenaga ojek motor. Dengan menggunakan jasa ojek motor mampu mempersingkat waktu tempuh sekitar 5-10 menit saja, dengan tarif Rp. 20.000,-/perorang.
Bikers Edian
Maksud hati ingin mempersingkat waktu tempuh, namun adrenalin kami sudah mulai terpacu, penyebabnya adalah para bikers opang di basecamp. Sesaat setelah keluar dari pintu basecamp kami masih sempat berbincang bincang dengan mas-mas pengemudi ojek, karena memang mereka mngendarai kendaraannya dengan sangat pelan, sebab memang jalan yang dilalui termasuk jalan yang padat dengan penduduk, banyak anak anak berlalulalang disekitar jalan yang memang beraspal lumayan baik.
Setelah sekitar 1 menit, kami meninggalkan kepadatan penduduk, jalur yang kami lalui slanjutnya adalah perkebunan milik warga dengan jalan menanjak dan berbatu, disinilah adrenalin kami mulai terpacu dan jantung berdegup kencang, bagaimana tidak berdegup kencang, karena bikers opang mulai mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, padahal jalan yang dilalui tidak layak untuk berjalan kencang.
Awalnya kami masih bisa bercengkerama namun selanjutnya kami hanya bisa berdoa agar selamat sampai jalur pendakian, kami khawatir dengan diri kami sendiri, bisa dibayangkan motor yang digunakan masih berstandar pabrikan, bahkan ban yang digunakanpun bukan ban yang biasa digunakan dijalan berbatu, sepertinya para bikers dan kendaraanya sudah sangat bersahabat dengan jalur tersebut.
Seakan tidak perduli dengan ketakutan kami mereka tetap saja memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi dijalur berbatu dan menanjak dan juga berkelok kelok, mereka seperti menikmati jalan dan menikmati ketegangan kami, bahkan bisa dibilang mereka para opang ini seperti sedang berada dalam arena balap, terlihat karena mereka saling ingin mendahului satu sama lain.
Padahal sebelumnya sambil naik motor kami berencana ingin mengambil gambar menikmati indahnya alam sekitar, namun apa daya hanya kengerian yang kami dapat, jangankan untuk mengambil gambar, untuk sekedar menikmati pemandangan pun kami tak mampu, bahkan kedua tangan ini erat memegang tubuh sang pengemudi agar tidak terjatuh.
Mulut kami hanya bisa berteriak keras untuk sekedar melepas ketegangan, berhasilkah..?? Tidak, semakin tinggi jalur semakin ekstrim. Motor makin melaju kencang.
Alhamdulilah, akhirnya kami bisa bernafas lega, karena hal yg kami idamkan yaitu sampai dilokasi tujuan segera mungkin terwujud. Walaupun kami sempat dibuat ketar-ketir, bahkan ketika kami turun dari kendaraan roda dua tersebut tubuh ini langsung oleng, namun kami tetap berterima kasih dengan para bikers tersebut.
Mungkin memang karena kebiasaan dan sudah hapal dengan jalur jadi buat mereka hal tersebut biasa biasa saja, dan terbukti kami selamat sampai tujuan. Jadi buat kalian yang ingin menyambangi gunung sindoro jangan kaget dengan kegilaan mereka. Selamat mencoba… ( Joell Vrazttyo )